PARA pembaca barangkali pernah terpesona melihat pesona alam yang sempat direkam dalam film The Beach yang dibintangi Leonardo Di Caprio. Asal tahu saja, film The Beach itu mengambil lokasi di Pulau Phi Phi Thailand. Tebing-tebing dan laut dangkal berwarna kehijauan di pulau Phi-phi begitu indah dan menawan, terletak di perairan laut Andaman.
Nah, kali ini tanpa perlu jauh-jauh ke Thailand, Malang Post bakal menunjukkan surga wisata alam di Malang Selatan yang tak kalah menawan dibanding Pulau Phi-Phi. Oase alam itu terletak jauh di pedalaman Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, persis berada di seberang Pantai Sendang Biru.
Cagar Alam Pulau Sempu, kawasan alam yang berada dibawah naungan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Timur. Seperti halnya pulau Phi-Phi, pulau Sempu memiliki bentang alam yang menakjubkan. Jujur saja, alam Pulau Sempu malah lebih bagus ketimbang Pulau Phi-phi, hanya kalah fasilitas.
Secara geografis, Pulau Sempu terletak diantara 112° 40′ 45″ - 112° 42′ 45″ bujur timur dan 8° 27′ 24″ - 8° 24′ 54″ lintang selatan. Pulau itu memiliki luas sekitar 877 hektar, berbatasan dengan Selat Sempu (Sendang Biru) dan dikepung Samudera Hindia di sisi selatan, timur dan barat.
Pulau Sempu memiliki empat ekosistem yakni ekosistem hutan mangrove, ekosistem hutan pantai, ekosistem danau dan hutan tropis dataran rendah. Sesuai penelitian beberapa ahli, iklim kawasan pulau Sempu termasuk tipe C dengan curah hujan rata-rata 2.132 mm per tahun. Musim hujan umumnya terjadi pada bulan Oktober dan April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Juli sampai September.
Di pulau Sempu terdapat lebih dari 223 jenis tumbuhan, dan 144 lebih jenis burung spesies baru dan mamalia dan hewan langka lainnya. Malah, di pulau itu masih ada macan Tutul serta 20 spesies Macan Kumbang. Penjaga pulau dari BKSDA menyebut, binatang buas itu sering tampak di sekitar Telaga Lele dan Teluk Semut.
Nama Pulau Sempu sendiri sebenarnya berasal dari nama sejenis tanaman obat yang saat ini amat langka, yakni pohon Sempu. Anehnya, meski bernama pulau Sempu, tak satupun pohon Sempu yang masih berdiri di areal hutan tropis maupun hutan pantai pulau itu. Malah banyak pohon jenis lain yang tumbuh subur disana, semisal Bendo dan pohon-pohon raksasa lainnya. Kawasan yang berstatus cagar alam itu, memiliki hutan yang masih terjaga dengan baik. Meskipun dulu pernah menjadi lahan latihan militer.
Menurut Ardiyanto, petugas Polhut BKSDA yang berjaga di kawasan Sendang Biru, tentara hanya berlatih survival di Pulau Sempu. Selebihnya, kawasan itu terlarang untuk berlatih perang-perangan karena status cagar alamnya. Meski demikian, beberapa kali BKSDA masih kecolongan hewan-hewan penghuni pulau Sempu. “Kita pernah menangkap penyelundupan hewan dari pulau Sempu di Bandara Juanda Surabaya, waktu itu penyu dan spesies Sanca Bodho,” urai pemuda yang akrab disapa Dian itu.
Sewa Perahu Rp 100 Ribu
MENYEBERANG ke Pulau Sempu, hanya menghabiskan waktu kurang dari 30 menit. Jika anda dari pusat Kota Malang, maka arahkan kendaraan menuju Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Dalam waktu dua jam, anda akan tiba di perairan Sendangbiru. Tak perlu bingung, cari saja nelayan setempat yang menyewakan perahu.
Saat menyeberang, Malang Post memilih naik perahu bernomor gladak 1 yang dinahkodai Noval. Tujuan utama perjalanan ke pulau Sempu yakni berkunjung ke Danau Segara Anakan. Danau itu terletak sisi selatan bagian terluar pulau yang berbatasan dengan Samudera Hindia.
Sehingga agar perjalanan aman, Malang Post memilih mendarat di Teluk Semut sisi utara Pulau Sempu. Dari Teluk Semut, masih harus menempuh perjalanan by foot (jalan kaki) sekitar satu jam. Kalau bertemu nelayan yang “cukup gila” sebenarnya bisa saja minta mendarat di Long Beach.
“Saya nggak berani, ombaknya masih besar, dari Long Beach ke Segara Anakan cukup berjalan kaki sekitar ½ jam,” ujar nelayan Noval. Uniknya, pembayaran perahu untuk penyeberangan bisa dibayar belakangan. Artinya, saat penyewa perahu berjalan kaki ke Segara Anakan, maka pemilik perahu akan kembali ke Pulau Jawa. Nah, saat kembali, pengunjung bisa berkirim SMS untuk minta dijemput, tentunya SMS dikirim dari Teluk Semut.
Surga “The Beach” Sebenarnya
PERJALANAN menuju Segara Anakan selama satu jam, menyusuri hutan tropis dataran rendah. Amat disarankan memakai alas kaki yang tak gampang lengket. Paling enak memakai sepatu futsal yang memiliki ‘gigi’ di bagian bawah untuk menggigit tanah berlumpur (lempung).
Paling tidak, pengunjung harus melewati medan cukup sulit hingga bersudut kemiringan 60 derajat. Yang paling menantang tentu saja saat melewati jembata dari pohon rubuh yang terbentang di atas sungai alam. Sejam kemudian aroma pantai sudah menyergap, ketika perairan Segara Anakan sudah terlihat begitu hutan tropis berakhir.
Selama sekitar 15 menit menyusuri sisi danau segara anakan yang berair payau, kita akan menjumpai satu pantai kecil yang berpasir putih. Tak ada satupun hunian ditempat itu, sehingga jika ingin menginap harus membawa tenda dan peralatan petualangan lainnya.
Air Danau Segara Anakan sebenarnya berasal dari air Laut Samudera Hindia. Air itu masuk melalui lubang bulat besar di tebing bagian tenggara. Sehingga saat ombak masuk, air akan terlihat begitu indah bak semburan sang naga.
Lamat-lamat dari pantai Segara Anakan, masih terdengar debur Samudera Hindia menghantam tebing curam di sisi selatan Pulau Sempu. Jika naik ke etas tebing di sisi Segara Anakan, bakal terlihat hamparan Samudera Hindia yang amat luas.
Pengunjung yang beruntung bisa saja melihat lumba-lumba ataupun penyu yang tengah berenang. Namun, jika ta beruntung, barangkali akan menemukan jejak kucing hutan. Jejak binatang penyembunyi itu ditemukan di pantai tak bernama dibalik punggungan bukit Segara Anakan. Ketika berkunjung ke Segara Anakan, maka sudah selayaknya menyusuri pantai dan gunung menuju Long Beach (pantai panjang). Long Beach, sesuai namanya memiliki hamparan pasir pantai seperti iklan salah satu produk rokok yang cukup terkenal.
Adapun mengelilingi Pulau Sempu dengan jalan kaki membutuhkan waktu dua hari. Dari Segara Anakan bisa menyusur pantai menuju goa kapur melalui Long Beach. Lantas perjalanan akan menembus Danau Sat dan menuju Telaga Lele (air tawar). Untuk menuju Sendang Biru, perjalanan dari Telaga Lele bisa langsung diteruskan menuju Teluk Waru-Waru. Dari teluk tersebut, sudah nampak jejeran perahu nelayan di ujung Sendang Biru. Tentu saja, pengunjung harus memiliki janji dengan tukang perahu, salah-salah malah tidak dijemput sehingga menjadi satu-satunya manusia yang menghuni Pulau Sempu. (ary/mar/malangpost)
Sumber :
http://malangraya.web.id/2009/07/12/mengeksplorasi-pesona-wisata-petualangan-alam-pulau-sempu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar